Kamis, 31 Oktober 2013

Renungan Khotbah Ibadah Pemuda..



Bacaan : Filipi 1:12 – 26

Ilustrasi...
Sebuah bank di Binghamton, New York mengirimkan bunga kepada pesaing bisnisnya yang baru-baru ini pindah ke gedung baru. Kekeliruan terjadi di toko bunga, sehingga ucapan yang tertulis pada kartu yang menyertai rangkaian bunga itu berbunyi, "Diiringi rasa simpati kami yang terdalam."
Si pemilik toko bunga yang merasa amat malu memutuskan untuk meminta maaf. Namun, ia merasa lebih malu lagi ketika menyadari bahwa kartu yang ditujukan kepada bank itu disematkan pada rangkaian bunga yang dikirim ke rumah duka untuk menghormati orang yang telah meninggal. Kartu itu bertuliskan, "Selamat menempati lokasi baru Anda!"
Sebenarnya ucapan semacam itu tepat ditujukan bagi orang kristiani, karena mereka pindah ke suatu tempat baru yang sangat indah saat mereka meninggal. Mereka pergi untuk bersatu dengan Kristus, maka penderitaan serta dukacita selama keberadaan mereka di dunia telah sirna untuk selama-lamanya. Mendekati akhir hidupnya, Paulus mengatakan bahwa diam bersama-sama dengan Kristus "jauh lebih baik" daripada tetap tinggal di dunia (Filipi 1:23).
Ya, perpisahan memang menyakitkan. Namun, sebagai orang kristiani janganlah kita berduka seperti mereka yang tidak berpengharapan. Sebaliknya, kita dapat bersukacita, bahkan dengan berurai air mata, karena orang yang kita kasihi telah menempati rumah yang baru di surga.

Kehidupan tidak selamanya menyenangkan bagi setiap orang. Seperti roda, kadang kita ada di atas dan mengalami berbagai keberhasilan, kebahagiaan, dan kesenangan. Namun ada kalanya kita ada di bawah, lalu mengalami kesakitan, dukacita, dan kegagalan. Bagaimana pun, itulah kehidupan yang harus kita jalani. Kita pantang untuk menganggap posisi yang satu lebih baik dari yang lain. Karena, jika tidak ada kesedihan maka hidup ini akan hampa, demikian pula sebaliknya jika kita meniadakan kesenangan.

Pemahaman itulah yang mendasari pemikiran Rasul Paulus, terutama dalam bagian awal kitab Filipi. Sehingga sebagai orang yang ada di penjara dan kebebasannya terampas, ia tetap mampu bersyukur kepada Tuhan. Ucapannya Paulus,“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” memberikan kepada kita gambaran bahwa apa pun yang kita alami sesungguhnya merupakan peluang untuk memperoleh sesuatu dari Tuhan, yakni kebijaksanaan hidup. Hal mendasar yang ingin dikatakan Rasul Paulus adalah bagaimana kita dapat memaknai segala sesuatu dalam hidup ini secara positif. Tidak dengan sungutan atau omelan, tapi dengan ucapan syukur. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan:Bersukacitalah!”(Flp.4:4).

Satu-satunya alasan Rasul Paulus dapat tetap bersukacita dalam segala penderitaan karena ia menjaga dirinya tetap berada di dalam Tuhan. Terjemahan lain dari Filipi 4:4 adalah: “Semoga kalian selalu bergembira karena kalian sudah hidup bersatu dengan Tuhan.” Saat kita hidup bersatu dalam Tuhan, maka seluruh kehidupan kita akan diperbaharui. Saat itulah kita tidak lagi memandang segala sesuatu dari sudut pandang manusia yang terbatas dan berpusat pada diri sendiri, tapi dari sudut pandang Tuhan.

Hari-hari ini mungkin kita menghadapi banyak kesulitan, atau sedang tenggelam dalam ratapan dukacita. Namun saat ini, jadilah seperti Rasul Paulus yang selalu berkemenangan dalam segala hal karena memiliki sukacita ilahi dalam dirinya. Jadi, nikmatilah hidup ini.

Mendengar kata penjara di benak kita pasti terlintas suatu tempat yang menyeramkan, pengap dan penuh sesak oleh orang-orang pesakitan.  Penjara adalah tempat bagi para penjahat dan orang-orang yang terlibat dalam kasus kriminal alias pelanggar hukum.  Penjara pada zaman Romawi sangat berbeda dengan penjara yang ada di negara kita saat ini.  Di Indonesia banyak penjara yang memiliki fasilitas cukup baik, ada yang ber-AC, bahkan kalau pejabat yang dipenjarakan fasilitasnya tidak kalah dengan hotel berbintang.

     Penjara-penjara Romawi adalah penjara yang letaknya di bawah tanah, gelap dan pengap;  dan makin berat perbuatan seorang hukuman semakin ia ditaruh ke bagian yang lebih bawah.  Inilah yang dialami oleh Rasul Paulus, ia harus mendekam di dalam penjara.  Apa kesalahan Paulus?  Ia dipenjara bukan karena telah melakukan kesalahan atau melanggar hukum, tetapi justru karena menyampaikan kebenaran melalui pemberitaan Injil.  "...aku dipenjarakan karena Kristus." (Filipi 1:13).  Meski harus mendekam dipenjara apakah ia sedih, kecewa dan marah kepada Tuhan?  Tidak!  Penjara tak membuat Paulus kehilangan semangat untuk melayani Tuhan, rohnya tetap menyala-nyala bagi Dia.  Tembok penjara tak mampu membelenggu Paulus.  Justru saat dibalik terali besi inilah ia tetap sanggup menguatkan jemaat Tuhan dengan surat-surat yang ia kirimkan.  Kokohnya tembok penjara juga tidak mampu merampas sukacitanya karena di penjara pun ia senantiasa bersukacita.

     Apakah dengan pemenjaraan terhadap Paulus Injil Kristus berhenti diberitakan dan jemaat Tuhan menjadi takut, lalu mereka bersembunyi dan meninggalkan iman Kristen?  Tidak!  Pemenjaraan terhadap Paulus justru membawa berkat dan dampak yang luar biasa.  "...apa yang terjadi atasku ini justru telah menyebabkan kemajuan Injil." (Filipi 1:12).  Bahkan jemaat Tuhan pada waktu itu malah semakin berani untuk memberitakan Injil, mereka "...bertambah berani berkata-kata tentang firman Allah dengan tidak takut." (Filipi 1:14).

Jika engkau berdoa pada saat KESULITAN, doa itu akan meringankan kesulitannya.
Jika engkau berdoa pada saat GEMBIRA, doa itu akan melipatgandakan kegembiraanmu.

2 komentar:

Komentarlah yang sopan agar anda di hargai..